Pada
abad VII, Tungki seorang pengelana dari Cina tiba di Guinea, yang dimaksud sama
dengan Janggi yang merupakan bagian dari Maluku.
Tahun
1453, ekspedisi Sangadji dan Kapitan Gurabesi dari Waigeo menaklukan beberapa
wilayah di New Guinea menjadi wilayah kesultanan Tidore, dengan menyebutkan Papoua. Arti Papo adalah menyatu, bersatu. Ua artinya tidak. Sehingga
Papoua artinya tidak bersatu, tetapi bagian dari Tidore. Kata Papuas dalam nama
Uilha De Papua telah digunakan oleh pelaut Portugis dan Spanyol. Orang Maluku
menggunakan Papuwah yang berarti orang
yang berambut keriting/bergumpal-gumpal.
Columbus
sejak 1452 menemukan benua Amerika, maka Portugis dan Spanyol berlomba-lomba
untuk mencari rempah-rempah. Antonio De Abreu menemukan pulau besar ini ketika
mengunjungi Pulau Seram. Tahun 1526, George De Menezes menjadi Gubernur Maluku,
juga menamakan Ilhas Des Papuas yang diambil dari bahasa Melayu yang merupakan
kata kotor/peng-hinaan. Tahun 1528-1529 pelaut Spanyol Alvara De Saveedra dalam
perjalanan kembali dari Maluku, menemukan Isla Del Oro (Pulau Emas/Island of
gold) dengan demikian bangsa Barat berlomba-lomba ke tanah Irian.
Tahun
1545 Ortiz De Rotez menyebut pulau ini New Gunea, saat itu dalam pelayaran dari
Tidore menuju Peru di Amerika Selatan dengan kapalnya San Juan singgah di
Tanjung Durvile, sebelah Barat sungai Mamberamo. Disini dikibarkan bandera
Spanyol, sebagai pertanda wilayah itu milik negara Spanyol, karena dibandingkan
daerah dan masyarakat yang sama dengan daerah Guinea di Afrika yang dalam
bahasa Maroko, Gunea artinya
bar-bar/hitam, selanjutnya Portugis tertarik dengan rambutnya, kemudian
menyebutnya Ilhas Dos Papua (Pulau orang
berambut keriting). Yacob De Lemaire dan Schouten, dua bersaudara melakukan
pelayaran dari Belanda melalui selat Magelhaens tiba di Biak tanggal 25 Juli
1616, memberi nama seluruh pulau yang disinggahi itu Schouten Ei Landen. Selanjutnya pemerintah Belanda memberi nama Neuw Guinea, namun diterlantarkan dan
hanya ada perdagangan dengan Halmahera, Bacan, Ternate serta Tidore. Tanggal 29
April 1945 terjadi peristiwa penggunaan istilah Papua dengan Irian Barat dan
selanjutnya diumumkan oleh Frans Kaisiepo pada Konferensi Malino 18 Juni 1946.
Disebut tahta iblis sejak nama Irian 29 April 1945, para sisiwa sekolah Bestir
berkumpul mempersiapkan HUT Ratu Yuliana 30 April, sekaligus mencari pengganti
nama Papua. Korinus Krey menceritakan asal usul Irian dan Hikayat Koreri
menyebut asal usul Irian. Frans Kaisiepo, Markus Rumainum mempopulerkan nama
itu. Irian diartikan Tanah Panas,
kemudian dikukuhkan dengan surat pejabat residen YPK Van Echound bahwa nama Papua diganti dengan
nama Irian. Walace menyebut Tera
Iondekende Binnen Lond (pedalaman yang tidak dikenali). Pegunungan Cartenz ditemukan tahun 1632, namun baru tahun 1936 puncak itu dicapai.
Irian Barat mulai diperhatikan oleh Belanda tahun 1828,
dengan membuka pos di teluk Triton. Tapi secara nyata tahun 1898 dengan
mengangkat kontrolir 8 November dan di Manukwari pada awal abad 20, dibuka pula
pos-pos pelayanan zending. Disusul pos pemerintahan Jepang 1943-1944 serta
Tentara Sekutu oleh Jendral Mc Arthur.
Sebenarnya Juli
1944 sebelum Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, Irian Jaya sudah dibebaskan oleh
tentara Sekutu dibawah pimpinan Amerika, juga membawa tahanan dari Digul
seperti Sungoro Amoprasedjo, yang dijadikan penasehat pegawai Pamong Praja di
Jayapura. Selanjutnya
didirikan Komite Indonesia Merdeka (KIM) Jayapura yang didukung oleh
putra-putra Papua seperti Frans Kaisiepo, Marthen Indey, Silas Papare, Semuel
Kawab, Korinus Krey, Lukas Rumaropen dll. Selanjutnya Dr Sam Ratulangi beserta
rombo-ngannya dibuang/diasingkan oleh NICA ke Serui. Di Serui bersama-sama
dengan Silas Papare, Semuel Kawab dkk. Masyarakat mendirikan PKH tanggal 29
Nopember 1946, selain itu juga mendirikan Gerakan Merah Putih, Persatuan Pemuda
Indonesia dan Persatuan Semangat Kebangsaan Indonesia (1950). Tetapi YPK Van
Echouud 27 Desember 1949 memproklamirkan Irian Barat terpisah dari Indonesia,
akhirnya gerakan-gerakan diatas berubah menjadi gerakan di bawah tanah
(klandestien) Oleh Gubernur S.L.J Van Den Burg, pemerintah Kolonial
merealisasikan pemisahan Irian Barat Jaya dan mulailah Pemerintah Nederlands
Nieuw Guinea hingga tahun 1962. Pemerintah Kolonial meniupkan kepada rakyat
Irian, bahwa mereka adalah ras Melanesia yang berbeda dengan bangsa Indonesia.
Padahal dalam Konferensi Malino, Frans Kaisiepo atas nama rakyat Irian Jaya
telah mengusulkan nama Irian sebagai pengganti Papua. Belanda juga mengganti
nama Nederlands Nieuw Guinea dengan West Papua dan merencanakan pengibaran
bendera 1 Desember 1961 dan berjanji akan memberikan kemerdekaan, tapi kalangan
pemuda pejuang pro Indonesia, terus bergerak dibawah tanah.
Persetujuan New York Agustus 1962 mengakiri konflik
Indonesia >< Belanda tentang Irian Barat, namun itupun belum merupakan
akhir dari segalanya. Pemerintah Indonesia masih menyelenggarakan suatu
referendum bagi rakyat Irian Barat pada tahun 1969, dibawah pengawasan PBB,
akhirnya secara resmi Irian Barat kembali ke pangkuan ibu pertiwi, tetapi
impian masih adanya Negara Papua masih merupakan duri dalam daging dan
penyelesaian masih memakan waktu.
Pada abad VII pedagang Sriwijaya menamakan wilayah
tersebut Janggi, sedangkan
kapal-kapal Sriwijaya yang mengunjungi Maluku dan New Guinea menyebutnya Nanggi ( bahasa Biak ) yang artinya surga, selanjutnya menjadi
Janggi karena identik dengan Burung Kuning/burung Surga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar