Jumat, 08 September 2017

Peta Topografi



Peta topografi berasal dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti menggambar. Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang berketinggian sama dari permukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan satu garis kontur mewakili satu ketinggian. Peta topografi mengacu pada semua ciri-ciri permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang dapat ditentukan pada posisi tertentu. Oleh sebab itu, dua unsur utama topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis) dan ukuran planimetrik (ukuran permukaan bidang datar). Peta topografi menyediakan data yang diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai, vegetasi secara umum dan pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan sebanyak mungkin ciri-ciri permukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas skala.
            Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan kenampakan alam (asli) dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada posisi yang benar. Selain itu peta topografi dapat diartikan peta yang menyajikan informasi spasial dari unsur-unsur pada muka bumi dan dibawah bumi meliputi, batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia.

Pengenalan Jenis-jenis Peta
            Peta dapat diklasifikasikan menurut jenis, skala, fungsi, dan macam persoalan (maksud dan tujuan). Ditinjau dari jenisnya peta dapat dibedakan menjadi dua, yaitu peta foto dan peta garis. Peta foto adalah peta yang dihasilkan dari mosaik foto udara / ortofoto yang dilengkapi garis kontur, nama, dan legenda (Prihandito 1989: 3). Peta ini meliputi peta foto yang sudah direktifikasi dan peta ortofoto. Adapun peta garis adalah  peta yang menyajikan detil alam dan buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan (Prihandito 1989: 3). Peta ini terdiri atas peta topografi dan peta tematik.
            Ditinjau dari skalanya, peta dapat dibedakan menjadi peta skala besar (1:50.000 atau lebih kecil, misalnya 1:25.000) dan peta skala kecil (1:500.000 atau lebih besar). Adapun peta yang dapat diklasifikasikan menurut macam persoalan (maksud dan tujuan), antara lain meliputi: peta kadaster, peta geologi, peta tanah, peta ekonomi, peta kependudukan, peta iklim, dan peta tata guna tanah (Prihandito 1989: 4). Di antara macam-macam peta peta tersebut, yang sering digunakan dalam survei arkeologi adalah peta topografi. Peta topografi adalah peta yang menampilkan, semua unsur yang berada di atas permukaan bumi, baik unsur alam maupun buatan manusia, sehingga disebut juga peta umum. Unsur alam antara lain meliputi: relief muka bumi, unsur hidrografi (sungai, danau, bentuk garis pantai), tanaman, permukaan es, salju, dan pasir (Prihandito 1989: 23; Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10).
Adapun menurut klasifikasi berdasarkan fungsi tersebut, terdapat tiga macam peta, yaitu:
*      Peta umum, yang antara lain memuat jalan, bangunan, batas wilayah, garis pantai, dan elevasi. Peta umum skala besar dikenal sebagai peta topografi, sedangkan yang berskala kecil berupa atlas;
*      Peta tematik, yang menunjukkan hubungan ruang dalam bentuk atribut tunggal atau hubungan atribut; dan
*      Kart, yang didesain untuk keperluan navigasi, nautical dan aeronautical (Prihandito 1989: 3-4).

            Adapun unsur buatan manusia di antaranya adalah: sarana perhubungan (jalan, rel kereta api, jembatan, terowongan, kanal), konstruksi (gedung, bendungan, jalur pipa, jaringan listrik), daerah khusus (daerah yang ditanami tumbuhan, taman, makam, permukiman, lapangan olah raga), dan batas administratif (Prihandito 1989: 22; Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10). Tinggalan-tinggalan arkeologis atau bersejarah seperti bangunan megalitik, candi, gereja, dan reruntuhan bangunan kuna, seringkali juga ditampilkan dalam peta topografi. Selain menyajikan data keruangan, peta topografi juga memuat data non-keruangan, antara lain grid, graticul (garis lintang dan bujur), arah utara, skala, dan legenda (keterangan mengenai simbol-simbol yang digunakan pada peta) (Prihandito 1989: 117-120; Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10).


.     Pemanfaatan Peta
            Peta topografi dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan, serta dapat digunakan sebagai peta dasar (base map) dalam pembuatan peta tematik, seperti peta arkeologi dan peta turis (Prihandito 1989: 17). Dalam survei arkeologi, peta topografi berguna untuk  memperoleh  gambaran umum tentang wilayah yang diteliti.  Dalam kondisi tertentu, misalnya medan survei yang terlalu berat, peta yang sudah ada dapat dipakai untuk memplotkan temuan arkeologis. Pemetaan tersebut, meskipun hanya bersifat sementara, sangat efektif untuk menyimpan dan menyelamatkan data arkeologis (Hascaryo dan Sonjaya 2000: 1).
            Data dari peta topografi yang diambil untuk membuat peta arkeologi hanya satu atau dua unsur saja, tergantung dari skala dan tujuan pembuatan peta arkeologi itu. Data tersebut digunakan sebagai latar belakang penempatan dan orientasi secara geografis. Selain peta topografi, yang dapat digunakan sebagai peta dasar antara lain adalah foto udara, peta geologi, dan peta administratif (Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10). Besar skala peta dasar yang dibutuhkan untuk membuat peta arkeologi tergantung pada luas wilayah yang akan dipetakan, yaitu:
*      Wilayah seluas provinsi memerlukan peta dasar berskala 1:100.000 sampai dengan 1:250.000;
*      Wilayah seluas kabupaten memerlukan peta dasar berskala 1:50.000 sampai dengan 1:100.000;
*      Wilayah setingkat kecamatan, desa, atau situs memerlukan peta dasar berskala 1:10.000 sampai dengan 1:25.000 (Wasisto 1998, dikutip dalam Hascaryo dan Sonjaya 2000: 10).

            Perkembangan ilmu geografis pertanahan, banyak aplikasi yang dapat ditangani antara lain adalah bidang sumber daya alam untuk perencanaan tata guna tanah. Peta topografi merupakan peta yang memuat informasi umum tentang keadaan permukaan tanah beserta informasi ketinggiannya menggunakan garis kontur, yaitu garis pembatas bidang yang merupakan tempat kedudukan titik-titik dengan ketinggian sama terhadap bidang referensi (pedoman/acuan) tertentu.
            Model tiga dimensi mempermudah pembacaan kontur pada suatu tempat di atas permukaan bumi karena langsung terlihat ketinggian tiap garis ketinggiannya, daripada membaca model dua dimensi. Untuk mencapai hal tersebut, data input yang berupa peta topografi dianalisa dan diproses menjadi output model objek tiga dimensi.
Garis Kontur dan Permukaan Bumi
 
Pada gambar di atas terlihat gambar garis ketinggian pada peta (bidang dua dimensi) dan di lapangan (ruang tiga dimensi). Garis ketinggian pada peta membentuk garis yang berbelok-belok dan tertutup serta merupakan rangkaian dari titik-titik. Kegunaan dari garis ketinggian adalah untuk mengetahui berapa tingginya suatu tempat dari permukaan laut. Garis ketinggian mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Garis ketinggian yang lebih rendah selalu mengelilingi garis ketinggian yang     lebih tinggi.
b. Garis ketinggian tidak akan saling berpotongan dan tidak akan bercabang.
c. Pada daerah yang landai garis ketinggian akan berjauhan, sebaliknya pada daerah yang terjal akan saling merapat. Untuk
kondisi daerah yang khusus (seperti tebing, kawah, jurang), garis ketinggiannya digambarkan secara khusus pula.
d. Garis ketinggian yang menjorok keluar, merupakan punggung bukit dan selalu
seperti bentuk huruf ‘U’.
e. Garis ketinggian yang menjorok ke dalam, merupakan lembah dan selalu seperti bentuk huruf ‘V’.
f. Selisih tinggi antara dua garis ketinggian yang berurutan (interval) adalah setengah dari bilangan ribuan skala, (contoh: 1/2000 x 50.000 = 25 meter). Kecuali bila dinyatakan dengan ketentuan lain.
g. Garis ketinggian pembantu, menyatakan ketinggian antara dua garis ketinggian yang berurutan.
h. Warna garis-garis ketinggian pada peta digambarkan dengan warna coklat.




 

Garis Kontur dan Sifatnya

SISTEMATIKA DESAIN
            Tahap ini menekankan pada pengumpulan kebutuhan pengguna pada sistem dengan mendefinisikan konsep sistem beserta interface yang menghubungkan dengan lingkungan sekitarnya. Hasil akhir dari tahap ini adalah spesifikasi sistem.
Kebutuhan dari pemodelan tiga dimensi adalah input yang dibutuhkan pada sistem ini yaitu peta. Gambar 3 menggambarkan rancangan sistem secara detail sehingga dapat ditentukan domain-domain data, fungsi, proses, atau prosedur yang diperlukan beserta kinerjanya, dan interface-nya. Hasil akhirnya adalah spesifikasi kebutuhan perangkat lunak.
     Data input dari rancangan sistem utama adalah:
a.  Gambar Peta, yaitu peta itu sendiri dalam bentuk softcopy , yaitu suatu peta yang di-scan dengan resolusi 360 dpi.
b. Judul Peta, yaitu identitas daerah yang tergambar pada peta, umumnya dituliskan nama daerah atau identitas yang paling menonjol. Judul peta dicantumkan pada bagian pojok kanan atas peta.
c.   Nomor Peta, yaitu nomor registrasi peta. dicantumkan di sisi kanan atas.
d. Skala Peta, yaitu perbandingan jarak di dunia nyata dengan yang ada pada       peta. Skala peta dicantumkan pada bagian pojok kanan atas peta.
e. Tahun Peta, yaitu tahun dari pembuatan peta tersebut. Tahun peta    dicantumkan pada bagian pojok kanan atas peta. f. Deklinasi Peta, yaitu besarnya sudu penyimpangan antara utara grid (peta) dengan utara sebenarnya. Deklinasi peta dicantumkan pada gambar di pojok kiri bawah peta.
g. Deklinasi Magnetik, yaitu besarnya sudut penyimpangan antara utara peta (grid) dengan utara magnetis. Deklinasi magnetis dicantumkan pada gambar dipojok kiri bawah peta. h. Variasi Magnetis, yaitu besarnya variasi magnetis tiap tahunnya pada peta ini. Variasi magnetis dicantumkan pada gambar di pojok kiri bawah peta.
i.    Batasan Peta, yaitu batasan ini merupakan daerah dalam gambar (peta) yang dimodelkan ke dalam bentuk tiga dimensi, daerah batasan ini berbentuk kotak. Variabel batasan ini terdiri atas batas kiri, batas atas, batas kanan, batas
      bawah,
j.    geografi, yaitu merupakan informasi koordinat geografi pada batas kiri dan informasi koordinat geografi pada batas atas.
k.   Kontur Peta, yaitu atribut yang dibutuhkan mencakup koordinat X, Y, Z dari kontur. Kontur ini berbentuk poligon (face) yang terdiri dari kumpulan titik (vertex) yang memiliki koordinat X dan Y.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jam Biologis Tubuh

Jam biologis manusia bekerja sepanjang waktu. Setiap hormon atau zat kimiawi tubuh bekerja pada jam-jam tertentu yang sudah pasti. Berp...