Geomorfologi sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang lebih kurang
dapat diartikan “perubahan-perubahan pada bentuk muka bumi”. Akan tetapi secara
umum didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang alam, yaitu meliputi bentuk-bentuk
umum roman muka bumi serta perubahan-perubahan yang terjadi sepanjang
evolusinya dan hubungannya dengan keadaan struktur di bawahnya, serta sejarah
perubahan geologi yang diperlihatkan atau tergambar pada bentuk permukaan itu (American Geological Institute, 1973).
Dalam bahasa Indonesia banyak orang memakai kata bentang alam sebagai
terjemahan geomorfologi, sehingga kata geomorfologi sebagai ilmu dapat
diterjemahkan menjadi Ilmu Bentangalam.
Geomorfologi adalah ilmu yang mendeskripsikan, mendefinisikan, serta
menjabarkan bentuk lahan dan proses-proses yang mengakibatkan terbentuknya
lahan tersebut, serta mencari hubungan antara proses-proses dalam susunan
keruangan. atau juga Geomorfologi merupakan suatu studi yang mempelajari asal
(terbentuknya) topografi sebagai akibat dari pengikisan (erosi) elemen-elemen
utama, serta terbentuknya material-material hasil erosi. Melalui geomorfologi
dipelajari cara-cara terjadi, pemerian, dan pengklasifikasian relief bumi.
Relief bumi adalah bentuk-bentuk ketidakteraturan secara vertikal (baik dalam
ukuran ataupun letak) pada permukaan bumi, yang terbentuk oleh
pergerakan-pergerakan pada kerak bumi.
Konsep-konsep dasar dalam geomorfologi banyak diformulasikan oleh W.M. Davis. Davis menyatakan bahwa bentuk permukaan atau bentangan bumi (morphology of landforms) dikontrol oleh
tiga faktor utama, yaitu struktur, proses, dan tahapan. Struktur di sini
mempunyai arti sebagai struktur-struktur yang diakibatkan karakteristik batuan
yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi. Proses-proses yang umum terjadi adalah proses erosional yang dipengaruhi
oleh permeabilitas, kelarutan, dan sifat-sifat lainnya dari batuan.
Bentuk-bentuk pada muka bumi umumnya melalui tahapan-tahapan mulai dari tahapan
muda (youth), dewasa (maturity), tahapan tua (old age). Pada tahapan muda umumnya belum terganggu
oleh gaya-gaya destruksional, pada tahap dewasa perkembangan selanjutnya
ditunjukkan dengan tumbuhnya sistem drainase dengan jumlah panjang dan
kedalamannya yang dapat mengakibatkan bentuk aslinya tidak tampak lagi. Proses
selanjutnya membuat topografi lebih mendatar oleh gaya destruktif yang
mengikis, meratakan, dan merendahkan permukaan bumi sehingga dekat dengan
ketinggian muka air laut (disebut tahapan tua). Rangkaian pembentukan proses (tahapan-tahapan)
geomorfologi tersebut menerus dan dapat berulang, dan sering disebut sebagai
Siklus Geomorfik.
Selain itu kata geomorfologi dipakai pula untuk menyatakan roman muka bumi,
umpamanya bila orang menceriterakan keadaan muka bumi suatu daerah dapat
dikatakan pula orang menceritakan geomorfologi daerah itu atau bentangalam
daerah itu. Mula-mula orang memakai kata fisiografi untuk ilmu yang mempelajari roman
muka bumi ini. Di Eropa fisiografi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
rangkuman tentang iklim, meteorologi, oceanografi, dan geografi. Akan tetapi
orang, terutama di Amerika, tidak begitu sependapat untuk memakai kata ini
dalam bidang ilmu yang hanya mempelajari roman muka bumi saja dan lebih erat
hubungannya dengan geologi. Mereka lebih cenderung untuk memakai kata
geomorfologi.
Sejarah Geomorfologi
Pengetahuan tentang geomorfologi, sebagaimana juga dengan ilmu-ilmu yang
lain, dimulai dengan munculnya ahli-ahli filsfat Yunani dan Itali. Sebegitu
jauh, Herodutus (485 – 425 S.M.) yang dianggap
sebagai “Bapak sejarah”
dikenal pula mempunyai pikiran-pikiran tentang geologi, termasuk juga tentang
perubahan muka air laut, salah satu gejala geomorfologi yang ia perhatikan di
Mesir. Kemudian banyak pula ahli filsafat lainnya yang menyinggung tentang
geomorfologi ini. Dapat disebutkan di sini antara lain Aristoteles, Strabo dan Saneca yang kesemuanya pada akhirnya menerangkan gejala-gejala alam sebagai suatu
kutukan Tuhan atau dikenal dengan nama Teori Malapetaka.
Berabad-abad kemudian, konsep ini sedikit demi sedikit berubah. Orang mulai
mengenal filsafat katatrofisma yang mengatakan bahwa semua gejala alam itu
sebagai akibat pembentukan dan perusakan yang relatif terjadi dengan tiba-tiba,
sehingga menyebabkan perubahan bentuk muka bumi. James Hutton (1726 – 1797) dikenal sebagai “Bapak geologi modern” yang menerangkan
gejala-gejala geologi sebagai gejala-gejala alam yang dapat kita kenal
sehari-hari, sangat bertentangan dengan teori katatrofisma yang menganggap
bahwa kejadian geologi relatif mengambil waktu yang amat singkat. Atas dasar
itu kemudian teori yang dikemukakan Hutton disebut orang sebagai teori uniformitarianisma,
dan terkenal dengan dalilnya yang menyatakan bahwa “hari ini adalah kunci dari
kejadian pada masa lampau” atau istilah asingnya adalah “the present is the key to the past”.
Pada masa sekarang geomorfologi bukan saja meliputi bidang yang statis,
yang hanya mempelajari bentuk-bentuk roman muka bumi, akan tetapi juga
merupakan ilmu yang dinamis yang dapat meramalkan kejadian alam sebagai hasil
interpolasi. Selain itu pemerian bentuk roman muka bumi dapat dinyatakan dengan
besaran-besaran matematika seperti kita kenal dengan nama geomorfologi
kuantitatif. Sebagai pemukanya dapat dicatat Strahler yang membuat analisa pengaliran sungai
secara matematika.
Di Indonesia, bebrapa hasil penyelidikan geomorfologi dapat dijumpai
terutama yang ditulis oleh ahli-ahli Belanda pada zaman sebelum perang. Di
antara karya-karya geomorfologi itu patut dikemukakan di sini penyelidikan
geomorfologi Kulon Progo yang dilakukan oleh Pannekoek (1939).
Selain itu, sesudah perang pun ahli-ahli geologi Belanda banyak pula menulis
tentang geomorfologi Indonesia. Verstappen (1973)
menulis tentang geomorfologi Pulau Sumatera secara luas dan menyeluruh.
Konsep Dasar Geomorfologi
Thornbury (1969) dalam buku yang berjudul “Principles
of Geomorphology”
mengemukakan 10 konsep dasar dalam geomorfologi, yaitu:
1. Proses-proses fisik dan hukumnya yang
terjadi saat ini berlangsung selama waktu geologi;
2. Struktur geologi merupakan faktor
pengontrol yang dominan dalam evolusi bentuklahan (landforms);
3. Tingkat perkembangan relief permukaan bumi
tergantung pada proses-proses geomorfologi yang berlangsung;
4. Proses-proses geomorfik terekam pada land
forms yang menunjukan karakteristik proses yang berlangsung;
5. Keragaman erosional agents tercermin pada
produk dan urutan land forms yang terbentuk;
6. Evolusi geomorfologi bersifat kompleks;
7. Obyek alam di permukaan bumi umumnya
berumur lebih muda dari Pleistosen;
8. Interpretasi yang sempurna mengenai
landscapes melibatkan beragam faktor geologi dan perubahan iklim selama Pleistosen;
9. Apresiasi iklim global diperlukan dalam
memahami proses-proses geomorfik yang beragam;
10. Geomorfologi, umumnya mempelajari landforms / landscapes yang terjadi saat ini dan sejarah pembentukannya.
Bentuk-bentuk permukaan bumi dapat dipakai sebagai dasar dalam mempelajari
geomorfologi disebut konsep geomorfologi yaitu :
a.
Konsep kesinambungan.
Merupakan
konsep yang menyatakan bahwa gejala alam yang terjadi sekarang juga terjadi
pada masa lampau, bisa dalam intensitas yang sama maupu yang berbeda.
b.
Konsep kontrol morfologi
Untuk
mempelajari bentang alam suatu wilayah adalah dengan mengontrol keadaan
morfologi daerah tersebut.
Proses Geomorfologi
Proses geomorfologi adalah perubahan-perubahan baik secara fisik maupun
kimiawi yang dialami permukaan bumi. Penyebab proses tersebut yaitu benda-benda
alam yang kita kenal dengan nama geomorphic agent, berupa air dan angin.
Termasuk di dalam golongan geomorphic
agent air ialah air permukaan, air bawah tanah, glacier, gelombang, arus,
dan air hujan. Sedangkan angin terutama mengambil peranan yang penting di
tempat-tempat terbuka seperti di padang pasir atau di tepi pantai. Kedua
penyebab ini dibantu dengan adanya gaya berat, dan kesemuanya bekerja
bersama-sama dalam melakukan perubahan terhadap roman muka bumi. Tenaga-tenaga perusak ini dapat kita golongkan
dalam tenaga asal luar (eksogen), yaitu yang datang dari luar atau dari
permukaan bumi, sebagai lawan dari tenaga asal dalam (endogen) yang berasal
dari dalam bumi. Tenaga asal luar pada umumnya bekerja sebagai perusak,
sedangkan tenaga asal dalam sebagai pembentuk. Kedua tenaga inipun bekerja bersama-sama dalam mengubah bentuk roman muka
bumi ini.
PEMBENTUKAN
- Tenaga Asal dalam
- Pembentukan struktur
- Pembentukan gunungapi
PENGRUSAKAN
- Tenaga Asal luar
- Gradasi (perataan)
- Pelapukan
- Tenaga dari luar bumi
- Jatuhan Meteorit
PENGANGKUTAN
-Tenaga Asal luar
- Pengangkutan bahan (mass wasting)
- Erosi oleh:
§ Air permukaan
§ Air bawahtanah
§ Gelombang
§ Arus
§ Angin
§ Es
Pengrusakan dan pengangkutan oleh organisme, termasuk manusia. Geomorfologi adalah
merupakan salah satu bagian dari geografi yang mempelajari tentang bentuk muka
bumi, meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu kenampakan sebagai
bentangalam (landscape) sampai pada
satuan terkecil sebagai bentuklahan (landform). Klasifikasi Bentuk lahan antara lain
adalah Pegunungan, Perbukitan, Vulkanik, Karst, Alluvial, Dataran sampai Marine
terbentuk oleh pengaruh batuan penyusunnya yang ada di bawah lapisan permukaan bumi.
Pengamatan dan identifikasi bentuklahan seperti dilakukan
langsung di lapangan dengan melakukan field
trip atau dapat juga dilakukan dengan interprestasi foto udara atau dengan
Analisis Citra Satelit (ACS). Penginderaan jauh sebagai alat bantu untuk
memantau atau mengamati objek muka bumi tanpa ada sentuhan secara langsung,
anatara lain berupa foto udara atau citra satelit.
Bentang lahan akan mudah diidentifikasi dengan pandangan jarak jauh atau kalau menggunakan foto udara atau citra satelit menggunakan skala gambar kecil. Sebaliknya untuk bentanglahan mudah diamati dari jarak dekat atau dengan foto udara atau citra satelit dengan skala lebih besar. Dengan pengamatan dan analisis bentuklahan dari foto udara akan diperoleh informasi biofisik lainnya baik yang bersifat sebagai parameter tetap (landform, rock, soil, slope) maupun parameter berubah (erosion, terrace, landuse). Dengan melakukan fieldtrip akan semakin dikenal betul macam bentuklahan dilapangan, sehingga mudah untuk mengingatnya kembali jika pernah melihat secara langsung dan sebagai bekal memori pada saat melakukan interpretasi foto udara.
Bentang lahan akan mudah diidentifikasi dengan pandangan jarak jauh atau kalau menggunakan foto udara atau citra satelit menggunakan skala gambar kecil. Sebaliknya untuk bentanglahan mudah diamati dari jarak dekat atau dengan foto udara atau citra satelit dengan skala lebih besar. Dengan pengamatan dan analisis bentuklahan dari foto udara akan diperoleh informasi biofisik lainnya baik yang bersifat sebagai parameter tetap (landform, rock, soil, slope) maupun parameter berubah (erosion, terrace, landuse). Dengan melakukan fieldtrip akan semakin dikenal betul macam bentuklahan dilapangan, sehingga mudah untuk mengingatnya kembali jika pernah melihat secara langsung dan sebagai bekal memori pada saat melakukan interpretasi foto udara.
Bentuk lahan walupun mudah diamati dengan foto udara tapi perlu
dilakukan pendekatan dengan melakukan mendatangi langsung ke lapangan dalam
bentuk kunjungan lapangan (field trip).
Hal tersebut dimaksudkan untuk lebih memastikan unsur pembentuk landform
tersiri dari komposisi atau susunan batuan apa saja. Disamping itu dengan
survai lapangna akan diperoleh beberapa kunci interpretasi fotro udara (IFU)
dari hasil kunjungan lapangan pada berbagai bentuklahan yang berbeda. Sehingga
dengan kunci IFU akan diperoleh analaisis bentuklahan yang lebih lengkap yang
merupakan satu komponen penyusun bentang lahan. Bentuk muka bumi yang kompleks
telah menjadi suatu pokok bahasan tersendiri khususnya dalam usaha
pemanfaatannya. Dalam hal ini setiap bentukan lahan mempunyai kapasitas berbeda
dalam mendukung suatu usaha pemanfaatan yang tentunya mengarah untuk tepat
guna. Sehingga dengan tujuan sama yaitu bermaksud menyederhanakan bentuk lahan
permukaan bumi yang kompleks ini, maka pemahaman mengenai ilmu geomorfologi yang
mempelajari bentukan-bentukan\lahan menjadi sangat penting. Penyederhanaan
muka bumi yang kompleks ini membentuk suatu unit-unit yang mempunyai kesamaan
dalam sifat dan perwatakannya. Kesatuan sifat ini meliputi kesamaan struktur
geologis atau geomorfologis sebagai asal pembentukannya, proses geomorfologis
sebagai pemberi informasi bagaimana lahan terbentuk, dan kesan topografis yang
akan memberikan informasi tentang konfigurasi permukaan lahan. Dengan adanya
informasi tersebut perencanaan penggunaan lahan secara tepat akan dapat lebih
terwujud.
Geomorfologi didifinisikan
sebagai salah satu cabang ilmu kebumian yang mempelajari dan menggambarkan
bentuklahan (landform), berikut
perkembangan serta proses yang melibatkannya dalam susunan ruang dan waktu.
Studi geomorfologi mencakup studi historis yang mendeduksikan ciri-ciri bentang alam (landscape) yang dikaitkan dengan bukti-bukti peristiwa/historis, seperti (tektonik, perubahan muka laut dan iklim). Sedangkan studi fungsional menyangkut mengenai proses dan perilaku material bumi yang oleh ahli geomorfologi diamati perkembangan bentuklahannya.Geomorfologi selalu mempertimbangkan proses dan material, karena keduanya penting dalam diterminasi morfologi suatu daerah. Sistem survei dan pemetaan geomorfologi maupun klasifikasinya menganut sitem ITC (International Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences), yang didasarkan atas survei Analitik, Sintetik dan Pragmatik. Survei analitik (mono disiplin) yang ditekankan pada morfometri, morfografi morfogenesa dan morfokronologi. Survei sintetik (multi disiplin) merupakan hasil kerja sama dari berbagai keahlian, sedangkan survei pragmatik disesuaikan dengan tujuan survei. Sistem klasifikasi geomorfologi dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:
Studi geomorfologi mencakup studi historis yang mendeduksikan ciri-ciri bentang alam (landscape) yang dikaitkan dengan bukti-bukti peristiwa/historis, seperti (tektonik, perubahan muka laut dan iklim). Sedangkan studi fungsional menyangkut mengenai proses dan perilaku material bumi yang oleh ahli geomorfologi diamati perkembangan bentuklahannya.Geomorfologi selalu mempertimbangkan proses dan material, karena keduanya penting dalam diterminasi morfologi suatu daerah. Sistem survei dan pemetaan geomorfologi maupun klasifikasinya menganut sitem ITC (International Institute for Aerospace Survey and Earth Sciences), yang didasarkan atas survei Analitik, Sintetik dan Pragmatik. Survei analitik (mono disiplin) yang ditekankan pada morfometri, morfografi morfogenesa dan morfokronologi. Survei sintetik (multi disiplin) merupakan hasil kerja sama dari berbagai keahlian, sedangkan survei pragmatik disesuaikan dengan tujuan survei. Sistem klasifikasi geomorfologi dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu:
i.
Provinsi geomorfologi, dalam skala = 1:250.000, dengan
unsur utama yang digeneralisasi diantaranya adalah genesa dan batuan.
- Unit geomorfologi utama, dalam skala =1:250.000, dengan unsur utama agak digeneralisasikan diantaranya relief, batuan dan genesa.
- Unit geomorfologi, dalam skala =1:50.000, dengan unsur utama agak rincidari relief, batuan dan genesanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar