Selasa, 12 September 2017

Benarkah Nama Candi Borobudur adalah Candi Borobudur?

Candi Borobudur adalah salah satu  Candi beraliran Buddha termegah di dunia yang diresmikan tanggal 23 Pebruari 1983,dan menjadi salah satu warisan keajaiban dunia yang masih ramai dikunjungi.Tapi, benarkah Candi tersebut bernama Borobudur?

Sampai sekarang nama   “Borobudur” itu sendiri masih menjadi bahan perdebatan tiada habis oleh para ahli. Menurut orang-orang tua di sekitar Borobudur. Boro adalah nama desa di kaki Candi, budur berarti kuil. Jadi Borobudur adalah kuil yang berada di Desa Boro. Sayangnya desa yang bernama Boro ini sudah tidak dijumpai lagi saat ini.

Kepopuleran Nama Candi yang Ada di Indonesia
Pada umumnya Candi-Candi di Indonesia pasti mempunyai nama, baik itu nama asli ataupun nama tambahan. Kebanyakan nama Candi yang mengikuti nama daerahnya merupakan nama tambahan.Yang Uniknya Candi-candi yang ada di Indonesia malah lebih dikenal nama julukannya(Nama Tambahan), yang notabene tak jarang ditemukan karena suatu peristiwa unik yang mengilhami ditemukannya candi tersebut.Contohnya Candi Tikus yang ditemukan di Mojokerto yang identik dengan sarang Tikus dahulunya.Nah, untuk itu mari kita simak nama-nama candi tersebut.

Berdasarkan bukti-bukti, Candi Sewu mempunyai nama asli “Manjuri-Gerha”. Diduga, nama tambahan Sewu (Indonesia:seribu), diberikan karena Manjuri-Gerha merupakan kompleks percandian yang sukar untuk dihitung satu persatu.

Pada Candi lain yaitu Candi kalasan, nama aslinya adalah “Tarabhawana”. Nama Kalasan adalah nama daerahnya, namun justru nama daerahnya inilah yang kemudian lazim digunakan untuk menyebut Candi Tarabhawana.

Demikian pula dnegan Candi Roro Jonggrang. Sebenarnya nama aslinya adalah "Siwa-Gerha”, namun entah mengapa Candi yang dihubungkan dengan cerita rakyat, malah menyebut Candi Siwa Gerha dengan Roro Jonggrang; tokoh yang hidup dalam dongeng rakyat Jawa itu. Bahkan Siwa Gerha ini, pun akrab dengan sebutan nama daerahnya, yaitu Prambanan.

PENAFSIRAN
Orang-orang Eropa menganggap Rafles-lah yang berjasa besar dalam mempopulerkan Borobudur, sehingga ada anggapan Rafles merupakan sumber pertama dan utama Candi Borobudur. Padahal berabad-abad sebelum masa kegubernurannya. Kitab-kitab Sastra Jawa telah menyinggung Borobudur, meskipun tidak mengungkapkannya secara keseluruhan.

Rafles mengartikan kata “Boro" sebagai “Agung”. Dan “budur” sebagai “Buddha”. Jika digabungkan. Borobudur berarti “Sang Budha yang Agung”. Sejarawan Bangsa Indonesia, Prof. Dr. Poerbatjaraka mengatakan bahwa “Boro” tidak lain adalah “Bara”. Menurutnya Boro merupakan ucapan dialek Jaawa untuk menyebut Bara. Bara itu sendiri merupakan perkembangan dari kata Biara. Sehingga Borobudur berarti “Biara Budur”.
 
Pendapat Poerbatjaraka ini didasarkan adanya temuan pondasi batu wadas dan sebuah genta yang ditemukan di halaman barat laut Borobudur. Genta menurutnya merupakan sebuah benda yang lazim digunakan pada upacara-upacara dalam biara, dan pondasi itu menunjukkan, bahwa mungkin saja di situ pernah berdiri sebuah biara.
Sampai sekarang belum ditemukan sebauh kitab sastra ataupun prasasti yang menguraikan secara lengkap mengenai Borobudur. Mestkipun demikian ada beberapa kitab sastra Jawa yang menyinggungnya secara sepintas.


Dalam Babad Tanah Jawa, ada satu bagian yang menyinggung tentang Borobudur. Isi cerita sebagai berikut: Pada tahun 1709 di desa Ngenta-enta ada seorang pemberontak bernama Ki Mas Dana, menantu Ki Gede Pacukilan Setelah menjadi Mantri Bupati, Ki Mas Dana menyerang Bupati Mentawis, Ki Jaya Winoto. Ki Jaya Winoto kalah dan mengadu pada sunan di Surakarta. Mendengar keterangan ini Sunan memerintakan Panglima Pringgalaya untuk menangkapnya hidup-hidup. Panglima Pringgalaya berangakat dengan membawa pasukan berjumlah setengah dari pasukan Surakarta. Sesampai di Ngenta-enta, kedua pasukan bertempur mati-matian. Ki Mas Dana kalah dan bersembunyi ke Regi Borobudur (regi berarti bukit atau gunung), tetapi akhirnya ia tertangkap dan dibawa ke Surakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.Hasil gambar untuk Candi Borobudur

Dalam cerita babad ini, Borobudur hanya disinggung singkat sekali, dan Borobudur yang dijadikan tempat persembunyian oleh Ki Mas Dana, memberikan kesimpulan kepada kita, bahwa pada saat itu keadaan Borobudur tidak terawat sebagaimana mustinya.

Limapuluh tahun kemudian. Babad Mataram pun menyinggung tentang Borobudur, juga secara sepintas. Kisahnya sebagai berikut: Pada masa itu, di Kraton Yogyakarta, Sri Sultan I mempunyai seorang putra laki-laki yang akna menggantikannya kelak. Diceritakan, anak laki-laki bernama Pangeran Dipati mempunyai kelakuan yang menyulitkan dan memprihatinkan orang tuanya. Ia tidak pernah mau belajar tentang kesastraan Jawa, tetapi sombongnya luar biasa, bahkan sering melanggar larangan-larangan ayahya. 

Pada suatu hari, Pangeran Dipati sengaja pergi ke Borobudur untuk melihat-lihat Arca Seribu. Padahal pergi ke Candi Borobudur merupakan pantangan bagi keluarga raja-raja Mataram, khususnya kalangan kraton Yogyakarta. Pantangan ini merupakan larangan turun temurun dari leluhur kraton, karena di antara Arca Seribu itu terdapatn arca ksatria dalam kurungan. Arca ksatria dalam kurungan ini, akan melepaskan kutukan yang dapat mengakibatkan kematian bagi keluarga kraton yang datang melihatnya. 
Setelah puas melihat-lihat Arca Seribu, Pangeran Dipati segera kembali ke istana. Gegerlah keluarga Kraton Yogyakarta mengetahui putra mahkota baru saja mengunjungi tempat terlarang dan ternyata kutukan itu benar-benar menimpa Pangeran Dipati, tak lama kemudian ia meninggal dunia.

Menurut beberapa para ahli, diduga Arca Ksatria dalam kurungan adalah Arca Budha yang terdapat dalam stupa terbesar, yang terletak di puncak Candi Borobudur. Didalam kitab Sastra Jawa yang lain, yaitu Negerakrtagama, slaah satu kitab terbesar sejak Kerajaan Majapahi, pada pupuh 77 bait 3 menyebutkan semua tempat-tempat suci agama Budha di Jawa. Diantaranya Budur, sebagai tempat suci Budha aliran Mahayana sekte Wajragara.(oleh Erie Sudewo).
 
BEBERAPA AHLI
NJ. Krom, seorang sarjana Belanda, menduga nama Budur yang tercantum di dalam Negarakertagama tidak sama dengan Candi Borobudur sekarang. Nama-nama tempat suci agama Budha yang disebutkan dalam kitab tersebut hanya terdapat di Jawa Timur. Oleh karenanya tidak masuk akal jika nama Budur tiba-tiba saja muncul dalam deretan nama-nama tersebut, sebab letak Budur ada di Jawa Tengah.

Hanya sayangnya Krom tidak memberikan alternatif lain, di mana letak Budur jika di Jawa Timur. Pendapat Krom ditentang beberapa sarjana, di antaranya F.D.K Bosch berpendapat bahwa Korm lah yang tidak tepat menafsirkan pupuh 77 bait 33 Negarakrtagama itu, karena nama-nama tempat suci yang disebutkannya tidak hanya terletak di Jawa Timur, tetapi juga di Jawa Tengah, bahkan mungkin pula di Jawa Barat. 
 
Bosch menerangkan lebih lanjut, di samping Budur ada beberapa nama tempat suci yang terdapat di Jawa Tengah. Diantaranya Menanggung dan Watukura. Dalam Prasasti Canggal yang berangka tahun 878 C dari Gunung Wukir, menyebutkan letak Menanggung tidak jauh dari Borobudur. Berarti jelas bahwa Menanggung berada di Jawa Tengah. Menurut beberapa dugaan menanggung adalah Temanggung sekarang.
 
Sampai saat ini, penafsiran masih berkisar antara lain Borobudur dan letaknya. Barulah setelah Casparis menyodorkan sebuah prasasti yang berhasil ia pecahkan rahasianya, penafsiran berkisar ke arah lain. Prasasti itu adalah Prasasti Kahulunan, 842 C. Di dalamnya disebutkan kata “Bhumisabharabudhara”, yang menurut Casparis kata itu adalah kata asal Borobudur.
 
Pendapat Casparis ini didasarkan pada kecenderungan masyarakat dalam menyebut suatu nama atau istilah yang sulit diucapkan. Sehingga untuk memudahkan dalam percakapan sehari-hari jadilah sebutan baru Borobudur. Namun pendapat Casparis ini masih mendapat tentangan dari ahli-ahli Arkeologi lainnya, sehingga sampai saat ini, nama Borobudur masih tetap diliputi misteri. Bagaimana sebenarnya asal usul nama Borobudur ini. Kita tunggu saja penelitian lebih lanjut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jam Biologis Tubuh

Jam biologis manusia bekerja sepanjang waktu. Setiap hormon atau zat kimiawi tubuh bekerja pada jam-jam tertentu yang sudah pasti. Berp...