Kawasan Danau Toba termasuk dalam Peta Geologi sekala 1:250.000, Lembar Pematang Siantar dan Sidikalang. Kawasan ini beralaskan batuan berumur Paleo-Mesozoik dari runtunan batuan malihan berupa filit dan batusabak dengan sisipan lensa batugamping, kuarsit dan lapisan batulanau-batulumpur bagian dari satuan batuan yang dikenal sebagai Formasi Pangururan yang memiliki kisaran umur sekitar Permo-Karbon. Penamaan Formasi Pangururan di ambil karena runtunan satuan ini tersingkap baik di kawasan Pangururan sehingga diambil sebagai nama tipe lokasi.
Sebaran runtunan batuan Formasi Pangururan
tersingkap baik di pantai barat Danau Toba mulai dari Pangururan, Bahabahai,
Silalahi dan Harapa. Di pantai selatan mulai dari Harian Boho sampai Harian
Dolok. Sementara di pantai utara Danau Toba mulai dari Haranggaol sampai
Sipintu Angin. Hampir semua singkapan Formasi Pangururan ini ditutupi secara
takselaras batuan gunungapi Kuarter.
Urutan satuan batuan (stratigrafi) Formasi
Pangururan ini di atasnya ditindih selaras oleh runtunan breksi konglomeratan
berukuran menengah – kasar, pejal yang lebih dikenal sebagai batuan “Pebbly Mudstone” dan perselingan
batulumpur, batulanau, batupasir kuarsa dan batugamping berlingkungan glacial
laut dangkal dari Formasi Bohorok yang keduanya diduga memiliki umur
Paleozoikum atau sekitar Permo-Karbon.
Satuan batuan berumur Permo-Karbon ini
dijumpai disekitar Tongging dan Harapa Utara di pantai barat Danau Toba
sementara di pantai timur Danau Toba tersingkap di sekitar Dolok Sisaesae dan
Sibisa sebelah tenggara Parapat.Di atas kedua runtunan batuan Permo-Karbon di
endapkan secara takselaras runtunan batugamping berstruktur banding dengan sisipan baturijang berwarna
pucat yang memotong batuan klastika batulumpur karbonan berstruktur silang
siur, flute-cast dan lengseran kecil
yang berlingkungan fluviatil
laut-dangkal yang dikenal sebagai Formasi Kualu yang memiliki kisaran umur dari
Trias sampai Yura
Sebaran Formasi Kualu sekitar pantai
utara-timur Danau Toba di wilayah Pasir Martabun dan Sibaganding yang umumnya
ditutupi secara takselaras oleh batuan Kuarter
dan tersingkap berupa jendela di bibir pantai danau Toba dan bagian
bawah topografi dengan tebing terjal.
Batuan Formasi Kualu ditutupi secara selaras kemudian di endapkan
runtunan batugamping bioklasklastika,
batupasir-glokonitan, batulumpur dan konglomerat dari Formasi Sibaganding yang
memiliki kisaran umur dari Kapur sampai Eosen. Satuan batuan ini berlingkungan sublitoral laut terbuka berlanjut ke fluviatil. Lokasi tipenya berada di
daerah Sibaganding di tepi timurlaut Danau Toba.
Peta Geologi Lembar Sidikalang Skala 1:250.000 (kiri) dan
Karelasi Satuan Peta (formasi batuan) yang memperlihatkan hubungan lateral dan
vertikan satuan-satuan tersebut.
|
Batuan Formasi Sibaganding di tutupi oleh
endapkan runtunan satuan batupasir-kuarsa, glokonitan, dan konglomerat setempat
menyerpih dan batulumpur. Berdasarkan sebaran fosil di satuan ini maka
disimpulkan bahwa Formasi ini
berlingkungan fluviatil sampai sublitoral dan memiliki kisaran umur
Kapur sampai Oligosen.
Di atas Formasi Sibaganding secara selaras di
endapkan Formasi Parapat yang memiliki karakterisitk batuan klastika terdi atas
batupasir kuarsa, konglomerat dan batupasir glokonitan di bagian atasnya yang
secara menerus berubah menjadi agak menyerpih dan mengandung batulumpur
gampingan. Berdasarkan kandungan fosil foram menunjukkan kisaran umur Miosen
Awal–Tengah, dan berlingkungan fluviatil sampai sublitoral.
Formasi Parapat ini diduga memiliki
kesebandingan dengan Formasi Haranggaol yang terdiri atas tuf-sela dan tuf yang
mengandung gelas dengan matriks berwarna ungu. Sebaran Formasi Haranggaol
tersebar di sekitar Haranggaol di pantai utara Danau Toba dan umumnya menutupi
secara takselaras batuan yang lebih tua.